Dari Keresahan Jadi Solusi Nyata: Kisah Kevin Gani, Pejuang Pangan Berkelanjutan Surabaya

Di Surabaya, setiap hari berton-ton makanan masih berakhir di tempat sampah—sebuah ironi di tengah kebutuhan pangan yang mendesak. Namun bagi Kevin Gani, sisa makanan bukanlah akhir cerita, melainkan awal dari perubahan yang visioner. Pemuda ini membuktikan bahwa kepedulian dapat diwujudkan menjadi aksi nyata yang berdampak bagi banyak orang.
Kevin dikenal luas berkat konsistensinya dalam menghadirkan solusi atas dua persoalan besar yang kerap luput dari perhatian: sampah makanan (food waste) dan kerawanan pangan. Melalui langkah konkret, ia menunjukkan bahwa empati sederhana dapat tumbuh menjadi gerakan yang memberi harapan. Atas dedikasi tersebut, Kevin dianugerahi 15th SATU Indonesia Awards 2024 dari Astra di bidang Lingkungan, sekaligus dijuluki Pejuang Pangan Berkelanjutan.

Potret Kevin Gani saat menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024.
(Sumber: Instagram @gardapangan)
Di tengah ironi jutaan ton makanan terbuang sia-sia, sementara jutaan orang berjuang untuk mendapatkan akses pangan, Kevin hadir dengan gagasan besar yang berawal dari keresahan hati: Garda Pangan. Melalui gerakan ini, ia membuktikan bahwa solusi global dapat dimulai dari langkah-langkah lokal—dari dapur, pasar, hingga meja makan masyarakat.
Di bawah kepemimpinannya, Garda Pangan berkembang pesat dan memberi dampak nyata. Hingga Agustus 2025, aksi food rescue mereka telah mendistribusikan 16.108 porsi makanan (sekitar 9.493 kg) kepada 4.400 penerima manfaat. Di sisi lingkungan, gerakan ini menunjukkan hasil signifikan: 15.993 kg sampah makanan berhasil dikelola menjadi pakan ternak, dan setara 37.618 kg CO2e emisi karbon berhasil dicegah dari atmosfer—kontribusi nyata bagi keberlanjutan bumi dan ketahanan pangan.
Bagi Kevin, penyelamatan pangan bukan hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga menjaga keberlanjutan hidup. Saat harga panen merosot, Garda Pangan membeli hasil pertanian dari petani lokal agar tetap bernilai, lalu menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan cara ini, keberlanjutan tidak hanya terjaga di meja makan, tetapi juga di lahan pertanian tempat kehidupan tumbuh.
Komitmen ini sejalan dengan visi Astra: “Satukan Gerak, Terus Berdampak.” Melalui Garda Pangan, Kevin membuktikan bahwa kepedulian yang dijalankan dengan konsistensi mampu melahirkan solusi nyata bagi ketahanan pangan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Dari Surabaya, Kevin mengirimkan pesan sederhana namun kuat—bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hati yang peduli dan langkah kecil yang berani untuk bertindak.
Gayung Sang Nenek: Titik Balik Emosional di Balik Komitmen Kevin Gani
Komitmen Kevin terhadap keberlanjutan pangan melampaui sekadar rasa prihatin terhadap persoalan sampah makanan. Dedikasinya berakar dari sebuah pengalaman emosional yang mendalam—momen yang menjadi titik balik hidupnya.
Di balik kelimpahan konsumsi yang kita saksikan setiap hari, terselip kenyataan memilukan: makanan layak konsumsi dalam jumlah besar berakhir di tempat sampah—sebuah dilema yang mengusik nurani.

Potret sepertiga makanan terbuang sia-sia ke tempat sampah
(Sumber: gardapangan.org)
Titik balik itu terjadi pada tahun 2017 di Joyoboyo, Surabaya. Saat itu, Kevin bertemu dengan seorang lansia yang hidup dalam kerawanan pangan ekstrem. Ketika Kevin menawarkan makanan sebagai bentuk solidaritas, hal yang paling membekas bukanlah kata-kata sang nenek, melainkan caranya menerima bantuan tersebut.
Ia tidak menggunakan piring—melainkan mengulurkan sebuah gayung, satu-satunya wadah yang dimilikinya.
Pemandangan sederhana namun memilukan itu menjadi tamparan batin bagi Kevin. Di hadapannya tergambar kontras yang tajam: kemewahan yang berujung pada pemborosan, dan kemiskinan yang memaksa seseorang menggunakan alat mandi sebagai wadah makan.
Momen itu menajamkan kesadarannya bahwa masalah food waste bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga cermin ketimpangan sosial dan kegagalan sistem kemanusiaan.
Dari keterkejutan mendalam itulah lahir komitmen abadi Kevin untuk berjuang melalui Garda Pangan—sebuah food bank sosial yang berlandaskan keyakinan bahwa makanan surplus adalah berkah yang harus diselamatkan, bukan sampah yang harus dibuang.
Dari sebuah gayung sederhana, ia menemukan makna besar: menjembatani kelimpahan dan kelaparan melalui aksi nyata.
Mekanisme Aksi yang Berdampak Ganda
Dari perjumpaan yang membuka mata itu, lahirlah sebuah gerakan yang menyalakan harapan baru di tengah melimpahnya pangan yang sering berakhir di tempat sampah. Garda Pangan, di bawah kepemimpinan Kevin Gani, hadir bukan hanya untuk menyelamatkan makanan, tetapi juga untuk merawat bumi dan memulihkan martabat manusia.
Gerakan ini berdiri kokoh di atas tiga pilar utama yang menjadi denyut hidupnya:
-
Kemanusiaan, karena pangan bukan sekadar mengenyangkan perut, tetapi menjaga martabat manusia.
-
Lingkungan, sebab setiap makanan yang membusuk di TPA adalah luka senyap bagi bumi.
-
Ekonomi, karena limbah yang dulu dianggap beban dapat bertransformasi menjadi nilai sosial yang berkelanjutan.
Dari fondasi inilah Kevin menunjukkan bahwa perubahan besar tidak selalu lahir dari kebijakan megah, melainkan dari langkah-langkah kecil yang dijalankan dengan tekun.
Setiap porsi makanan yang terselamatkan bukan hanya mengisi perut, tetapi juga merawat bumi dan mengembalikan arti keadilan sosial.

Potret pembagian makanan surplus kepada warga prasejahtera di Surabaya
(Sumber: gardapangan.org)
Garda Pangan beroperasi dengan mekanisme sederhana namun efektif—menciptakan dampak ganda bagi lingkungan dan masyarakat.
Dari sisi lingkungan, Garda Pangan menjalin kerja sama dengan hotel, katering, restoran, bakery, dan industri makanan di Surabaya. Mereka mengambil surplus pangan yang masih segar dan layak konsumsi, namun berpotensi terbuang karena alasan estetika, kelebihan produksi, atau mendekati masa kedaluwarsa. Langkah ini membantu mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekaligus menekan emisi gas metana dari sampah organik.
Sementara dari sisi pemberdayaan sosial, makanan yang telah diselamatkan melalui proses uji kelayakan didistribusikan secara konsisten kepada masyarakat prasejahtera di berbagai lokasi binaan. Hingga kini, Garda Pangan telah menjangkau ratusan titik distribusi dan membantu ribuan penerima manfaat—memastikan mereka tidak hanya sekadar kenyang, tetapi juga memperoleh gizi yang layak.
Bersama para relawan, Kevin menyalakan api kepedulian—mengubah sisa menjadi berkah, merajut kembali harmoni antara manusia dan alam, serta menghadirkan harapan nyata.
Garda Pangan tumbuh menjadi simbol bahwa ketika kepedulian diwujudkan dalam aksi, ia memiliki daya untuk menyalakan perubahan yang lebih besar.