Bukan Sekadar Edukasi Seksual, Ini Jurus Jitu Hana Maulida Mencegah Kekerasan pada Anak

 

Di tengah meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak, hadir sosok muda dengan cara yang tak biasa—Hana Maulida, aktivis asal Banten. Ia percaya, perlindungan anak tak cukup hanya dengan edukasi seksual yang kaku dan mengekang.

Melalui gerakan Kakak Aman Indonesia, Hana menghadirkan pendekatan ramah dan menyenangkan yang mudah diterima anak-anak. Bukan sekadar ceramah, ia menggunakan boneka tangan, lagu, hingga permainan interaktif, menciptakan ruang aman agar anak berani berbicara tentang batasan tubuh mereka.

Pendekatan ini tidak hanya mengedukasi, tetapi juga memberdayakan anak untuk berani melindungi diri serta melaporkan situasi berbahaya. Dedikasi tersebut membangkitkan kesadaran bahwa pencegahan kekerasan harus dimulai sejak dini.

 

Potret Hana Maulida saat menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024.
(Sumber: Instagram @kakakaman.id)


Atas inovasinya, Hana Maulida menerima SATU Indonesia Awards 2024 dari PT Astra International Tbk di bidang Pendidikan. Penghargaan ini menjadi pengakuan nyata bahwa langkah yang ia gagas memberi dampak besar bagi masa depan anak-anak Indonesia, sejalan dengan visi Astra “Satukan Gerak, Terus Berdampak.”

 

Mengubah Ketakutan Menjadi Kekuatan

Kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia masih menjadi luka yang sulit sembuh. Data demi data terus dirilis, namun di balik setiap angka tersimpan wajah, tangis, dan trauma yang tak kasat mata. Di tengah gelombang berita yang kerap menggetarkan hati itu, Hana Maulida memilih untuk tidak tinggal diam.

Dari keprihatinan itu, rasa takut ia ubah menjadi energi untuk bergerak. Baginya, anak-anak tidak seharusnya tumbuh dalam ketakutan. Mereka harus diberi pemahaman praktis tentang cara melindungi diri dan keberanian untuk mengatakan “tidak” saat menghadapi situasi berisiko. Dengan begitu, mereka dapat tumbuh di ruang yang aman untuk belajar, bermain, dan bermimpi.

 

Potret Hana Maulida mengedukasi anak tentang batasan tubuh dan bagian pribadi
(Sumber: Facebook Semangat Astra Terpadu)

 

Hasilnya mulai terlihat nyata. Banyak anak yang sebelumnya pasif kini lebih berani menyuarakan perasaan mereka. Guru dan orang tua pun memberikan apresiasi karena suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, aman, sekaligus mendidik. Hana menyadari, perlindungan anak tidak bisa berdiri sendiri. Karena itu, ia juga melibatkan peran orang dewasa melalui pelatihan, agar mereka mampu menjadi pendengar yang baik sekaligus benteng pertama bagi anak-anak.

Dengan dukungan Astra, kerja keras ini membuahkan hasil. Inisiatif yang ia jalankan dengan sepenuh hati terbukti memberi dampak luas. Kakak Aman Indonesia bukan sekadar program, melainkan gerakan sosial yang mengubah cara pandang masyarakat sekaligus menyalakan harapan baru bagi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih aman dan terlindungi.

“Dukungan dari berbagai pihak sangat berarti, karena di luar sana masih banyak anak yang perlu dilindungi. Saya percaya, perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil yang konsisten,” ujar Hana.

“Setiap anak berhak merasa aman. Tugas kita adalah menjaga agar senyum itu tidak pernah pudar.” tegas Hana.

Jurus Jitu Perlindungan Anak

Siapa bilang belajar tentang perlindungan diri harus kaku dan membosankan? Bagi Hana, dongeng, permainan, hingga visual kreatif adalah jurus jitu yang membuat anak-anak belajar sambil tertawa.

Sejak awal 2023, program yang ia jalankan telah menjangkau puluhan sekolah dan ribuan anak sekolah dasar maupun taman kanak-kanak di wilayah Serang dan Cilegon. Respons positif datang bukan hanya dari anak-anak, tetapi juga dari guru dan orang tua yang menyaksikan bagaimana suasana belajar menjadi lebih aman, ramah, sekaligus mendidik.

Apa yang membuat gerakan Hana berbeda?

Bukan sekadar teori, Kakak Aman Indonesia hadir dengan pendekatan cerdas dan menyenangkan, jauh dari kesan kaku atau membebani. Bersama timnya, Hana merancang materi yang mudah dipahami anak melalui cerita bergambar, lagu, permainan interaktif, hingga dongeng dan bernyanyi. Dengan cara itu, konsep batas tubuh, rasa aman, dan cara meminta pertolongan dapat dipahami lebih mudah sekaligus melekat kuat dalam ingatan anak.

 

Potret Hana Maulida saat kegiatan edukasi pencegahan kekerasan seksual pada anak
(Sumber: Instagram @kakakaman.id)

Lebih dari itu, Hana juga melibatkan peran orang tua dan guru sebagai pilar utama. Hingga kini, ia telah memberikan pelatihan kepada ratusan orang tua dan puluhan guru, agar mampu menjadi pendengar yang baik sekaligus pendukung kuat bagi anak-anak.

Namun bagi Hana, keseruan bukanlah tujuan akhir. “Yang terpenting adalah dialog dengan anak-anak. Mereka perlu benar-benar paham kenapa ada bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, atau kenapa mereka harus berani menolak saat merasa tidak nyaman,” ujarnya.

Hana percaya, edukasi yang ramah anak adalah kunci. “Ketika mereka belajar dengan gembira, pengetahuan akan melekat tanpa paksaan,” katanya.

Baginya, perjuangan ini bukan sekadar program, melainkan misi hidup. Lebih dari edukasi seksual, ia ingin memastikan setiap anak tumbuh dengan rasa aman, terbebas dari ancaman kekerasan, sehingga mampu menjadi generasi yang kuat, berani, dan terlindungi.

“Setiap anak berhak merasa aman. Tugas kita adalah memastikan senyum mereka tetap terjaga,” tegas Hana.

 

Menjaga Harapan, Melindungi Masa Depan Anak Indonesia

Di balik perjuangan Hana, tersimpan keyakinan bahwa perlindungan anak adalah fondasi bagi masa depan bangsa. Setiap upaya menjaga senyum mereka sejatinya adalah langkah merawat harapan Indonesia.

Bagi Hana, perjuangan ini masih panjang. Kekerasan terhadap anak bukanlah masalah yang bisa selesai dalam semalam. Namun ia percaya, perubahan besar dapat lahir dari langkah-langkah sederhana.

 

Potret Hana Maulida: Keceriaan bersama anak-anak
(Sumber foto: Instagram @kemenpora)

 

Hana bermimpi suatu hari setiap anak Indonesia tumbuh dalam lingkungan yang aman, penuh kasih, dan mendukung. Keluarga memegang peran penting dengan memberikan pendidikan seksual yang tepat, membangun komunikasi terbuka, dan menanamkan nilai batasan serta privasi sejak dini.

Dengan begitu, keluarga dapat menjadi ruang aman bagi anak untuk tumbuh percaya diri sekaligus waspada menghadapi dunia luar. Anak-anak yang berani bersuara, orang tua yang sigap mendengarkan, serta sekolah yang benar-benar menjadi tempat perlindungan akan menjadikan harapan masa depan anak Indonesia semakin nyata.

Masa depan anak-anak Indonesia adalah amanah terbesar bangsa. Melindungi mereka sejak dini bukan sekadar tugas, melainkan kewajiban moral yang harus dijalankan bersama.