Kemiren: Desa Adat yang Mengangkat Tradisi Menjadi Inspirasi

 

Di lereng hijau Pegunungan Ijen, Banyuwangi, berdiri sebuah desa yang teguh menjaga tradisi warisan budayanya di tengah derasnya arus modernisasi. Desa ini adalah Desa Wisata Adat Osing Kemiren, yang terletak di Kecamatan Glagah. Bukan sekadar tempat tinggal, ia adalah sebuah living museum di mana tradisi, seni, dan kehidupan sehari-hari berpadu harmonis, menciptakan pengalaman yang memikat setiap pengunjung.

Di Kemiren, setiap langkah membawa Anda menelusuri lembaran cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai desa yang mayoritas penduduknya adalah Suku Osing, suku asli Banyuwangi, tempat ini menawarkan kesempatan unik untuk merasakan langsung tradisi warisan budayanya yang tak pernah pudar.

 

Potret Penari Gandrung
Sumber: Destinasi Provinsi Jawa Timur (YouTube)

 

Saat Anda melangkah menyusuri setiap sudut Kemiren, warisan budayanya terasa begitu hidup. Alunan lembut gamelan, harumnya kopi yang diseduh di tungku tradisional, dan tarian sakral yang digelar sebagai bagian dari ritual bukan sekadar tontonan menjadi pengalaman tak terlupakan.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian masyarakat Kemiren masih kental dengan dialek Osing, yang fasih dituturkan dari generasi ke generasi. Rumah-rumah adat dengan arsitektur khas, sederhana namun sarat makna, tetap berdiri kokoh menjadi saksi perjalanan waktu.

 

Potret Rumah Adat Osing Kemiren, Banyuwangi
Sumber: @dolandolen (YouTube)

 

Di sinilah pesona sesungguhnya terasa, sebuah desa kecil yang tak hanya menjaga identitas budayanya, tetapi juga mampu menari seirama dengan modernitas. Di titik inilah rasa penasaran muncul, bagaimana sebuah desa mungil ini mampu merawat warisan tradisi budaya yang terus hidup, sekaligus menyesuaikan diri dengan dunia yang terus bergerak maju?

Keberhasilan ini tak lepas dari kolaborasi kuat antara masyarakat dan dukungan Astra melalui program Desa Sejahtera Astra yang mendorong mereka untuk memadukan pelestarian identitas budaya dengan pengembangan ekonomi, sejalan dengan visi 'Satukan Gerak, Terus Berdampak

Kini, bersama Desa Sejahtera Astra, Kemiren menjelma menjadi panggung budaya yang hidup. Ia bukan sekadar tempat untuk melihat masa lalu, tetapi untuk merasakan bagaimana sebuah desa membangun masa depan dengan berpegang pada akar tradisinya.

 

Melestarikan Warisan Leluhur dengan Sentuhan Modern

Di tengah arus modernisasi yang kian deras, Kemiren pernah menghadapi tantangan besar, generasi muda mulai enggan melestarikan tradisi, potensi pariwisata belum tergarap maksimal, dan pendapatan masyarakat masih rendah.

Namun, semangat masyarakat Kemiren tidak padam. Mereka percaya bahwa budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga sumber kehidupan masa depan. Di sinilah peran Desa Sejahtera Astra (DSA) menjadi titik balik. Melalui pendampingan, Astra membantu menguatkan potensi wisata berbasis budaya, membangun kapasitas masyarakat, dan mengembangkan produk lokal.

Sejak bergabungnya Desa Wisata Adat Osing Kemiren, menjadi bagian dari binaan Desa Sejahtera Astra (DSA), Kemiren tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mengembangkan potensi ekonomi kreatif.

 

Potret Sajian Tumpeng Sewu Yang Diunggah Di Media Sosial
Sumber foto: @creator_seni_banyuwangi

 

Inovasi pun bermunculan. Festival budaya seperti Tumpeng Sewu dan Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sepuluh Ribu) dikemas lebih menarik, dipromosikan melalui media sosial, hingga menarik ribuan wisatawan. Produk kopi khas Kemiren dipasarkan dengan kemasan modern, memperluas pasar hingga mancanegara.

Tak hanya menjaga tradisi, Kemiren juga menghadirkan inovasi agar warisan budaya tetap relevan dengan zaman. Rumah-rumah adat Osing dijaga keasliannya sekaligus dijadikan homestay, memberi pengalaman unik bagi wisatawan.

 

Potret Kesenian Barong Osing
Sumber: YouTube @bpkwilayahx dan @kencabudaya

 

Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah Kesenian Barong Osing. Barong Osing memiliki karakteristik yang unik, baik dari segi bentuk maupun gerakannya. Kesenian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana ritual yang sakral. Selain itu, tari Gandrung, yang merupakan ikon budaya Banyuwangi, juga masih terus dipentaskan. Tarian ini bukan hanya sekadar gerakan, tetapi juga narasi tentang sejarah dan identitas lokal.

Semua terwujud berkat pendampingan dari Astra melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA). Dukungan ini memperkuat pariwisata berbasis budaya, meningkatkan standar homestay, serta membantu produk local, seperti kopi khas Osing menembus pasar yang lebih luas. Kini, Kemiren kian dikenal, tidak hanya oleh wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara.

Hasilnya nyata, perekonomian desa meningkat, lapangan kerja tercipta, dan budaya Osing justru semakin dikenal luas. Bahkan, Desa Kemiren meraih penghargaan ASEAN Homestay Award 2025 sebagai salah satu desa wisata terbaik di Asia Tenggara.

Keunikan budaya dan keramahan masyarakat menjadi kunci keberhasilan Desa Kemiren meraih penghargaan ini. Sebagai rumah bagi Suku Osing, masyarakat desa melestarikan adat istiadat, bahasa, dan kesenian tradisional. Pengunjung dapat merasakan pengalaman otentik menginap di rumah tradisional khas Osing, menikmati suasana pedesaan yang asri, serta berinteraksi langsung dengan warga lokal.

 

Potret Perwakilan Desa Sejahtera Astra penerima ASEAN Tourism Awards 2025 (kiri-kanan): Desa Wisata Iboih, Desa Wisata Botubarani, Desa Wisata Sudaji, Desa Wisata Kaki Langit, dan Desa Wisata Osing Kemiren. (Astra)
Sumber foto: Instagram @semangatbanyuwangi

 

Acara ASEAN Tourism Forum 2025, yang berlangsung di Persada Johor International Convention Center Johor Bahru Johor Malaysia, (20/01/2025). Penyelenggaraan ASEAN Tourism Awards merupakan salah satu agenda ASEAN Tourism Forum yang diselenggarakan untuk tujuan memberikan apresiasi kepada pelaku pariwisata atas upaya menghadirkan destinasi wisata yang unggul dan berkualitas.

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Taufik Rohman, memberikan apresiasi atas prestasi Desa Kemiren yang berhasil meraih ASEAN Tourism Award 2025.

“Penghargaan ini diharapkan menjadi magnet yang semakin menarik wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi, sekaligus menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk terus menggali dan mengembangkan potensi wisatanya,” ujarnya.

 

Melestarikan Budaya, Menjadi Ekonomi Lokal

Kemiren telah membuktikan bahwa kebudayaan dapat menjadi tulang punggung ekonomi. Melalui inisiatif dari masyarakat dan dukungan pemerintah daerah, desa ini berhasil mengembangkan pariwisata berbasis budaya yang terintegrasi. Wisatawan tidak hanya datang untuk melihat pertunjukan, tetapi juga untuk terlibat langsung dalam aktivitas lokal.

Kemiren membuktikan bahwa persatuan masyarakat bisa mengubah budaya menjadi kekuatan ekonomi sekaligus identitas yang membanggakan. Desa ini sukses memadukan kearifan lokal dengan inovasi modern, menjadikannya inspirasi nyata bagi desa-desa lain di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang.

Berkat Program Desa Sejahtera Astra, kolaborasi ini terwujud secara nyata. Pendampingan yang meliputi penguatan manajemen pariwisata, pelatihan UMKM, serta peningkatan daya saing produk lokal

Homestay-homestay dikelola secara profesional, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa pariwisata dapat menjadi pendorong kesejahteraan jika dikelola dengan berkelanjutan.

 

Potret Hidangan Pecel Pitik
Sumber foto: Warta Banyuwangi

 

Kuliner Kemiren adalah warisan yang tak kalah memikat. Hidangan pecel pitik disajikan dalam setiap acara adat, sementara kopi Osing menjadi medium silaturahmi. Berkat pelatihan dari DSA, masyarakat kini mampu mengemas produk kuliner dan kopi khas desa agar bernilai jual lebih tinggi, sehingga wisatawan bisa membawa pulang cita rasa Kemiren sebagai oleh-oleh.

Kemiren telah membuktikan bahwa kebudayaan dapat menjadi tulang punggung ekonomi. Melalui persatuan masyarakat dan kolaborasi erat dengan pemerintah dan Astra, desa ini berhasil memadukan kearifan lokal dengan inovasi modern. Kini, Kemiren berdiri sebagai mercusuar bagi desa-desa lain, sebuah model pengembangan wisata berbasis budaya yang mampu mempertahankan jati diri sekaligus menatap masa depan dengan optimisme.